Sikap intoleran dan radikal masih ada di tengah masyarakat. Banyak orang yang merasa paling benar dalam beragama. Kelompok ini memaksakan kehendak dan mendesakkan keinginan meski warga bangsa negeri ini telah sepakat menerima dan mengamalkan Pancasila sebagai ideologi negara.
Bulan Agustus kemarin, media secara nasional ramai memberitakan terjadinya larangan oleh guru kepada para siswa untuk tidak memilih Ketua OSIS yang non-muslim. Tindakan ini mencerminkan masih adanya sikap rasis di dunia pendidikan. Guru terebut telah diberi sanksi dan sudah dimutasi.
Kasus ini memberikan gambaran bahwa kelompok intoleran dan radikal telah masuk ke dalam dunia pendidikan. Anak-muda dibayang-bayangi pandangan kelompok intoleransi dan radikal melalui berbagai langkah dalam duia pendidikan.
Sekarang waktunya kalangan moderat yang mencintai keutuhan negeri ini untuk bersatu dan bangkit menyelamatkan ancaman perpecahan bangsa karena pandangan yang intoleran dan radikal. Sudah waktunya sikap dan perilaku toleran dan saling menghargai beradaan orang lain diperkuat di kalangan warga masyarakat. Ini penting terutama bagi kalangan anak muda dan siswa dari SMP hingga SMK/SMA.
Media mencatat telah terjadi tindakan yang mencerminkan tindakan intoleran dan radikal di paling tidak 10 lembaga pendidikan di Jakarta. Belum ada catatan adanya tindakan intoleran dan radikal di luar Jakarta.
Untuk membangun SMA dengan semangat toleran ini, insyallah akan dibutuhkan masa transisi 3 (tiga) tahun yaitu di tahun 2022-2025 untuk membangun SMA dengan semangat toleransi dan deradikalisasi. Akan dibutuhkan pelatihan tenaga pendidik, membangun perilaku siswa yang toleran melalui berbagai kegiatan antarsakolah dan antarsiswa yang membangun keutuhan dan lingkungan yang mendukung sikap toleran dan tidak radikal.
You might also like
Lailatul Maghfiroh bisa mendapatkan IPK 3,79
Bersatu Mendukung Perjalanan Pendidikan Raffi
Mengatasi Kendala Finansial hingga Meraih Cita-cita Kuliah di UIN Malang dengan BWPT
Perjalanan Inspiratif Raffi: Dari Keterbatasan Finansial hingga Meraih Impian Kuliah di UIN Malang
Membangun semangat toleransi